Senin, 24 April 2017

Sahabat hijrah

Sahabat hijrah
Oleh Hasna Dieni Rozanah

Buatku memang hal ini bukan yang pertama kalinya tapi kali ini mengapa seolah-olah aku sedang berada di sebuah jalan yang memiliki dua arah dan dua-duanya pun bisa membuatku bahagia walaupun aku tau, satu jalan akan membahagiakanku dalam waktu yang singkat tapi akan menyiksaku kelak , dan jalan yang satunya lagi memang sedikit tak begitu terlihat menguntungkanku saat di dunia tapi aku juga tau nanti di akhirat akan ada suatu balasan yang jauh lebih baik dibanding dengan suatu penyiksaan. Kini aku memang sudah memutuskan untuk berubah menjadi lebih baik lagi dan memilih berjalan di atas aturan-aturan Allah. Mencoba untuk meraih apa-apa yang Allah ridhokan.
 Sempat terbesit di dalam hati ini bahwa aku ingin kembali seperti masa laluku tapi aku tak boleh kalah dengan sebuah tantangan yang ada dan aku harus sadar bahwa itu adalah sebuah ujian yang Allah beri padaku dan aku pun seharusnya kuat serta istiqomah dengan niatku untuk hijrah.
“enggak Ghan, aku tau dia itu baik, pintar, juga ganteng…tapi aku gak percaya kalau dia sholeh! Pokonya tetap, aku gak bakal nerima dia.”ucapku di sore hari pada sahabatku, Ghania. “kenapa lagi Saa? masa kamu gak percaya sih? Ariz itu beneran sholeh dia itu suka ngaji, sholatnya juga rajin, gak suka bolong-bolong tuh, udah terima aja sih..”kata Ghania seolah-olah memaksaku untuk menerima Ariz sebagai pacarku. Namun aku tetap keukeuh dengan pilihanku hanya saja aku belum memberi jawabannya dan aku pun sudah tak menghiraukannya.
 Sudah dua hari aku tak memikirkan dan mengurusi soal Ariz yang kemarin lusa menembakku, tapi tia-tiba Ghania menghapiriku ketika aku baru keluar dari ruang kelasku “Saa.. gimana? Kamu maukan nerima dia? Uadah dua hari kamu gak ngasih jawaban, dia udah nanyain ke aku, Saa”kata Ghania agak memelas. “Ghaniaa..siapapun dia dan laki-laki mana pun yang bakal nembak aku, aku gak bakal mau nerima, aku gak mau pacaran lagi Ghan, sekali pun menurut kamu orang itu sholeh..”ucapku dengan lembut sambil berjalan menuju gerbang sekolah. “dia baik kok..gak nakal kaya___” belum selesai Ghania berbicara, aku sudah memotong ucapannya “Reza? Aku sama dia putus gara-gara aku mau berubah Ghan dan mulai sekarang aku gak bakalan pacaran lagi. Oya, kalau pun Ariz sholeh, pasti dia gak bakal ngajak aku untuk pacaranlah..orang sholeh itu gak pacaran kan?! Inget Ghan, aku udah hijrah..dan aku berharap kamu juga ikut hijrah Ghan, putusin tuh Rendi, your boyfriend..!” ucapku dan aku langsung meninggalkan Ghania yang terpaku di depan gerbang sekolah dan ia seperti masih mencerna ucapan yang barusan aku katakan padanya.
Keesokan harinya, sama seperti hari kemarin Ghania menghampiriku lagi setelah pulang sekolah, kebetulan kelas dia pulang lebih awal dibanding dengan kelasku. Ketika aku keluar kelas Ghania sudah ada di depan kelasku sejak beberapa menit yang lalu, karena sebelumnya ia sudah mengajakku untuk pulang bareng, jarak rumahku dan rumahnya pun tak begitu jauh, dia memang tetanggaku. Aku dan Ghania sudah bersahabat sejak kita berdua masih kecil.
“Saa, aku mau sih berubah kaya kamu, taat pada perintah Allah, aku juga mau mutusin Rendi tapii” “tapi apa?”tanyaku menyerobot ucapan Ghania “tapi aku gak tau gimana mutusinnya, nanti kalau dianya malah marah kaya gimana? Nanti juga pasti disangkanya aku udah gaa..” “sayang? Udah gak cinta, gitu?” lagi-lagi aku memotong ucapan Ghania “justru karna kamu sayang sama dia, jadi kamu gak mau ngebiarin diri kamu sendiri juga si Rendi masuk neraka, gituu cantik. Udah nanti kamu jelasin aja ke diannya, insyaAllah lah kalau kamu jelasin mah diannya juga terima dengan lapang dada. Atau mau aku yang bilanginnya?”lanjutku sambil agak tertawa. “emm, ya terserah sih, aku aja yang bilang tapi kamu temenin dan bantuin aku okee..?” ujarnya pede. “oke-oke siap my friend”ucapku dengan bahagia.
Beberapa hari kemudian. Langit begitu cerah, mungkin mata hari pun sedang tersenyum, melihat aku dan Ghania tetap bersama, melangkah, menuju kehidupan islam, kehidupan baru dengan lika-likunya  yang akan kita hadapi bersama, melupakan masa lalu, mempersiapkan masa depan di jalan yang diridhoi oleh Allah SWT. Ya ‘Ghania’ tetaplah sahabatku dan kini dia bukanlah sahabat yang biasa-biasa saja tapi ia adalah sahabat menuju taat, ya dia sahabat hijrahku.

0 komentar:

Posting Komentar