Sahabat hijrah
Oleh Hasna Dieni Rozanah
Buatku
memang hal ini bukan yang pertama kalinya tapi kali ini mengapa seolah-olah aku
sedang berada di sebuah jalan yang memiliki dua arah dan dua-duanya pun bisa
membuatku bahagia walaupun aku tau, satu jalan akan membahagiakanku dalam waktu
yang singkat tapi akan menyiksaku kelak , dan jalan yang satunya lagi memang
sedikit tak begitu terlihat menguntungkanku saat di dunia tapi aku juga tau nanti
di akhirat akan ada suatu balasan yang jauh lebih baik dibanding dengan suatu
penyiksaan. Kini aku memang sudah memutuskan untuk berubah menjadi lebih baik
lagi dan memilih berjalan di atas aturan-aturan Allah. Mencoba untuk meraih
apa-apa yang Allah ridhokan.
Sempat terbesit di dalam hati ini bahwa aku
ingin kembali seperti masa laluku tapi aku tak boleh kalah dengan sebuah
tantangan yang ada dan aku harus sadar bahwa itu adalah sebuah ujian yang Allah
beri padaku dan aku pun seharusnya kuat serta istiqomah dengan niatku untuk
hijrah.
“enggak
Ghan, aku tau dia itu baik, pintar, juga ganteng…tapi aku gak percaya kalau dia
sholeh! Pokonya tetap, aku gak bakal nerima dia.”ucapku di sore hari pada
sahabatku, Ghania. “kenapa lagi Saa? masa kamu gak percaya sih? Ariz itu
beneran sholeh dia itu suka ngaji, sholatnya juga rajin, gak suka bolong-bolong
tuh, udah terima aja sih..”kata Ghania seolah-olah memaksaku untuk menerima
Ariz sebagai pacarku. Namun aku tetap keukeuh
dengan pilihanku hanya saja aku belum memberi jawabannya dan aku pun sudah tak
menghiraukannya.
Sudah dua hari aku tak memikirkan dan
mengurusi soal Ariz yang kemarin lusa menembakku, tapi tia-tiba Ghania
menghapiriku ketika aku baru keluar dari ruang kelasku “Saa.. gimana? Kamu
maukan nerima dia? Uadah dua hari kamu gak ngasih jawaban, dia udah nanyain ke
aku, Saa”kata Ghania agak memelas. “Ghaniaa..siapapun dia dan laki-laki mana
pun yang bakal nembak aku, aku gak bakal mau nerima, aku gak mau pacaran lagi
Ghan, sekali pun menurut kamu orang itu sholeh..”ucapku dengan lembut sambil
berjalan menuju gerbang sekolah. “dia baik kok..gak nakal kaya___” belum
selesai Ghania berbicara, aku sudah memotong ucapannya “Reza? Aku sama dia
putus gara-gara aku mau berubah Ghan dan mulai sekarang aku gak bakalan pacaran
lagi. Oya, kalau pun Ariz sholeh, pasti dia gak bakal ngajak aku untuk
pacaranlah..orang sholeh itu gak pacaran kan?! Inget Ghan, aku udah hijrah..dan
aku berharap kamu juga ikut hijrah Ghan, putusin tuh Rendi, your boyfriend..!” ucapku dan aku
langsung meninggalkan Ghania yang terpaku di depan gerbang sekolah dan ia
seperti masih mencerna ucapan yang barusan aku katakan padanya.
Keesokan
harinya, sama seperti hari kemarin Ghania menghampiriku lagi setelah pulang
sekolah, kebetulan kelas dia pulang lebih awal dibanding dengan kelasku. Ketika
aku keluar kelas Ghania sudah ada di depan kelasku sejak beberapa menit yang
lalu, karena sebelumnya ia sudah mengajakku untuk pulang bareng, jarak rumahku
dan rumahnya pun tak begitu jauh, dia memang tetanggaku. Aku dan Ghania sudah
bersahabat sejak kita berdua masih kecil.
“Saa, aku
mau sih berubah kaya kamu, taat pada perintah Allah, aku juga mau mutusin Rendi
tapii” “tapi apa?”tanyaku menyerobot ucapan Ghania “tapi aku gak tau gimana
mutusinnya, nanti kalau dianya malah marah kaya gimana? Nanti juga pasti
disangkanya aku udah gaa..” “sayang? Udah gak cinta, gitu?” lagi-lagi aku
memotong ucapan Ghania “justru karna kamu sayang sama dia, jadi kamu gak mau
ngebiarin diri kamu sendiri juga si Rendi masuk neraka, gituu cantik. Udah nanti
kamu jelasin aja ke diannya, insyaAllah lah kalau kamu jelasin mah diannya juga
terima dengan lapang dada. Atau mau aku yang bilanginnya?”lanjutku sambil agak
tertawa. “emm, ya terserah sih, aku aja yang bilang tapi kamu temenin dan
bantuin aku okee..?” ujarnya pede. “oke-oke siap my friend”ucapku dengan bahagia.
Beberapa
hari kemudian. Langit begitu cerah, mungkin mata hari pun sedang tersenyum,
melihat aku dan Ghania tetap bersama, melangkah, menuju kehidupan islam,
kehidupan baru dengan lika-likunya yang
akan kita hadapi bersama, melupakan masa lalu, mempersiapkan masa depan di
jalan yang diridhoi oleh Allah SWT. Ya ‘Ghania’ tetaplah sahabatku dan kini dia
bukanlah sahabat yang biasa-biasa saja tapi ia adalah sahabat menuju taat, ya
dia sahabat hijrahku.
0 komentar:
Posting Komentar