Senin, 06 Maret 2017

Jangan Berputus Asa

Jangan Berputus Asa 

Oleh Nurul Faizah

Namaku Laras aku seorang siswi kelas 8 SMP IT Al-Mujahid. Di sinilah awal ceritaku.   
Sekarang sudah memasuki awal bulan Juni. Menurut kalender akademik, minggu ke tiga di bulan Juni ini adalah waktu bagi para pelajar untuk mengikuti UKK atau Ujian Kenaikan Kelas. Namun menurutku bulan ini adalah bulan yang paling tidak aku sukai, kenapa? Ya, karena di bulan ini aku harus mempelajari atau menghafal kembali bertumpuk-tumpuk buku pelajaran untuk persiapan UKK. Sedangkan aku ini orang yang kurang mampu memahami pelajaran dengan cepat, sehingga aku merasa pusing ketika mendekati ujian yang terkadang membuatku putus asa dan berakhir pada pilihan yang salah yaitu memilih untuk tidak belajar.

             Teng.. teng.. teng… bunyi bel istirahat terdengar nyaring. “Tsabita, kita ke kantin yuk!” ucapku pada sahabatku. “Oh, ya sip” kata Tsabita menyetujui ajakanku. Sesampainya di sana aku membeli milk shake dan Tsabita membeli batagor, kemudian kami mengambil tempat duduk. “oh ya Tsabita, menurut kamu pelajaran tadi kaya gimana?” tanyaku memulai pembicaraan. “lumayan susah sih, tapi mudah-mudahan aku bisa cepet ngerti” jawab Tsabita. “ah, tapi, sepertinya kamu sudah cukup paham, lagian kamu juga kan pintar, hemm kamu ini memang rendah hati..” ucapku kepada Tsabita. “ahh kamu ini bisa aja..” ucap Tsabita sambil tersenyum malu. Tak terasa kita sudah mengobrol selama 20 menit sampai waktu istirahat pun selesai. Lalu kita segera menuju kelas dan melanjutkan pelajaran.
            Waktu terus berjalan, dan jarum jam menunjukkan pukul 13.00 waktunya untuk pulang. Pelajaran pun ditutup. Semua teman-teman di kelasku segera merapikan buku untuk dimasukkan ke dalam tas kemudian bergegas pulang. Aku biasa pulang sendiri dengan menaiki angkot. Ketika ada angkot yang menuju ke arah rumahku, aku langsung menaikinya. 10 menit dari situ aku sampai di rumah. Langkah kakiku berjalan menuju pagar rumah, membuka kuncinya, dan memasuki rumah. “assalamualaikum” ucapku. Aku mencari mama, dan ternyata ada diruang keluarga sedang membaca buku. “oh, kaka, sudah pulang” ucap mama. “iya” jawabku sambil mencium tangan mama. “ma , aku ke kamar dulu ya..” kataku.  “iya, boleh” ucap mamaku.
             Di kamar aku termenung, aku merasa gelisah, masih terpikirkan olehku bagaimana nanti saat ujian. “aaahhh… gimana ini..??” ucapku sambil pusing memikirkannya. aku pun mencoba menghubungi Tsabita untuk bercerita, lewat panggilan video agar aku dapat melihatnya. Akhirnya panggilanku dijawab oleh Tsabita. “assalamualaikum Tsabita, kamu lagi sibuk ga?” tanyaku. “walaikumussalam, enggak kok, aku gak sibuk” kata Tsabita. “Tsa aku mau cerita. Aku pusing banget akhir-akhir ini, bentar lagi kan ujian, aku bener-bener gak siap. Kamu tau kan UTS (Ujian Tengah Semester) kemarin nilaiku gak bagus, aku nyerah untuk ujian kali ini” ceritaku sambil bersedih. “jangan sedih gitu dong, yang harus kamu lakukan sekarang itu adalah berusaha menyelesaikan masalah tersebut dengan mengerahkan kemampuanmu untuk terus belajar. Pasti kamu bisa kok, gak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan, pasti semuanya ada solusi. Dan yang harus menjadi patokan kita adalah sebuah proses atau usaha bukan dari hasil akhirnya. Justru karena itu kamu ini gak boleh putus asa, jangan lari dari masalah. Masalah itu harus dihadapi dan diselesaikan. Yakin deh bahwa kamu itu bisa, dan ingat, nilai bukan segalanya” papar Tsabita sambil menyemangatiku. “oh iya, kalo kamu kesulitan belajar nanti aku bantuin deh” ucap Tsabita. “iya ya, kamu benar. Aku ngerti sekarang, mulai saat ini aku akan terus berusaha. Oh ya seriusan kamu mau ngebantu aku??” tanyaku. “iya, beneran lah” ucap Tsabita menegaskan.
            Sejak saat itu aku dan Tsabita sering belajar bersama, saat istirahat atau setelah pulang sekolah. Kadang belajar di rumahku kadang juga di rumah Tsabita. Sampai akhirnya ujian pun tiba dan kami berdua sudah siap untuk menjalaninya. Aku mengerjakannya dengan semangat selama seminggu ujian. Aku merasa tenang setelah ujian selesai.

            Tanggal 24 Juni, saat-saat pembagian rapot. Para siswa datang bersama walinya. Sebelum pembagian rapot wali kelas memaparkan kegiatan dan evaluasi yang telah dilalui selama satu semester. Setelah itu pembagian rapot. Wali kelas menyebutkan siapa saja yang masuk peringkat tiga besar. “peringkat pertama adalah Tsabita, peringkat kedua adalah Haris, dan peringkat ketiga adalah Laras” ucap wali kelasku.  Aku terharu ketika mendengar itu, aku tidak menyangka akan masuk peringkat tiga besar. Hal tersebut semakin membuatku tersadar bahwa kita jangan berputus asa atau melarikan diri dari masalah. Sebuah proses haruslah kita jalani walau sesulit apapun itu, karena tidak ada satu pun masalah yang mudah. Tapi sesulit apapun itu pasti ada jalan keluarnya, dan aku juga bersyukur karena Allah telah memudahkan urusanku, Alhamdulillah. 



----------------------------------
Penulis adalah salah satu siswi SMA Darul Bayan Jatinangor


0 komentar:

Posting Komentar