Jangan Berputus Asa
Oleh Nurul Faizah
Namaku Laras aku seorang siswi kelas 8 SMP IT Al-Mujahid. Di
sinilah awal ceritaku.
Sekarang sudah memasuki awal bulan
Juni. Menurut kalender akademik, minggu ke tiga di bulan Juni ini adalah waktu
bagi para pelajar untuk mengikuti UKK atau Ujian Kenaikan Kelas. Namun
menurutku bulan ini adalah bulan yang paling tidak aku sukai, kenapa? Ya,
karena di bulan ini aku harus mempelajari atau menghafal kembali
bertumpuk-tumpuk buku pelajaran untuk persiapan UKK. Sedangkan aku ini orang
yang kurang mampu memahami pelajaran dengan cepat, sehingga aku merasa pusing
ketika mendekati ujian yang terkadang membuatku putus asa dan berakhir pada
pilihan yang salah yaitu memilih untuk tidak belajar.
Teng.. teng.. teng… bunyi bel istirahat
terdengar nyaring. “Tsabita, kita ke kantin yuk!” ucapku pada sahabatku. “Oh,
ya sip” kata Tsabita menyetujui ajakanku. Sesampainya di sana aku membeli milk
shake dan Tsabita membeli batagor, kemudian kami mengambil tempat duduk. “oh ya
Tsabita, menurut kamu pelajaran tadi kaya gimana?” tanyaku memulai pembicaraan.
“lumayan susah sih, tapi mudah-mudahan aku bisa cepet ngerti” jawab Tsabita.
“ah, tapi, sepertinya kamu sudah cukup paham, lagian kamu juga kan pintar, hemm
kamu ini memang rendah hati..” ucapku kepada Tsabita. “ahh kamu ini bisa aja..”
ucap Tsabita sambil tersenyum malu. Tak terasa kita sudah mengobrol selama 20
menit sampai waktu istirahat pun selesai. Lalu kita segera menuju kelas dan
melanjutkan pelajaran.
Waktu terus
berjalan, dan jarum jam menunjukkan pukul 13.00 waktunya untuk pulang.
Pelajaran pun ditutup. Semua teman-teman di kelasku segera merapikan buku untuk
dimasukkan ke dalam tas kemudian bergegas pulang. Aku biasa pulang sendiri
dengan menaiki angkot. Ketika ada angkot yang menuju ke arah rumahku, aku
langsung menaikinya. 10 menit dari situ aku sampai di rumah. Langkah kakiku
berjalan menuju pagar rumah, membuka kuncinya, dan memasuki rumah.
“assalamualaikum” ucapku. Aku mencari mama, dan ternyata ada diruang keluarga
sedang membaca buku. “oh, kaka, sudah pulang” ucap mama. “iya” jawabku sambil
mencium tangan mama. “ma , aku ke kamar dulu ya..” kataku. “iya, boleh” ucap mamaku.
Di kamar aku termenung, aku merasa gelisah,
masih terpikirkan olehku bagaimana nanti saat ujian. “aaahhh… gimana ini..??”
ucapku sambil pusing memikirkannya. aku pun mencoba menghubungi Tsabita untuk
bercerita, lewat panggilan video agar aku dapat melihatnya. Akhirnya
panggilanku dijawab oleh Tsabita. “assalamualaikum Tsabita, kamu lagi sibuk
ga?” tanyaku. “walaikumussalam, enggak kok, aku gak sibuk” kata Tsabita. “Tsa
aku mau cerita. Aku pusing banget akhir-akhir ini, bentar lagi kan ujian, aku
bener-bener gak siap. Kamu tau kan UTS (Ujian Tengah Semester) kemarin nilaiku
gak bagus, aku nyerah untuk ujian kali ini” ceritaku sambil bersedih. “jangan
sedih gitu dong, yang harus kamu lakukan sekarang itu adalah berusaha
menyelesaikan masalah tersebut dengan mengerahkan kemampuanmu untuk terus belajar.
Pasti kamu bisa kok, gak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan, pasti
semuanya ada solusi. Dan yang harus menjadi patokan kita adalah sebuah proses
atau usaha bukan dari hasil akhirnya. Justru karena itu kamu ini gak boleh
putus asa, jangan lari dari masalah. Masalah itu harus dihadapi dan
diselesaikan. Yakin deh bahwa kamu itu bisa, dan ingat, nilai bukan segalanya”
papar Tsabita sambil menyemangatiku. “oh iya, kalo kamu kesulitan belajar nanti
aku bantuin deh” ucap Tsabita. “iya ya, kamu benar. Aku ngerti sekarang, mulai
saat ini aku akan terus berusaha. Oh ya seriusan kamu mau ngebantu aku??”
tanyaku. “iya, beneran lah” ucap Tsabita menegaskan.
Sejak saat
itu aku dan Tsabita sering belajar bersama, saat istirahat atau setelah pulang
sekolah. Kadang belajar di rumahku kadang juga di rumah Tsabita. Sampai
akhirnya ujian pun tiba dan kami berdua sudah siap untuk menjalaninya. Aku
mengerjakannya dengan semangat selama seminggu ujian. Aku merasa tenang setelah
ujian selesai.
Tanggal 24
Juni, saat-saat pembagian rapot. Para siswa datang bersama walinya. Sebelum
pembagian rapot wali kelas memaparkan kegiatan dan evaluasi yang telah dilalui
selama satu semester. Setelah itu pembagian rapot. Wali kelas menyebutkan siapa
saja yang masuk peringkat tiga besar. “peringkat pertama adalah Tsabita,
peringkat kedua adalah Haris, dan peringkat ketiga adalah Laras” ucap wali
kelasku. Aku terharu ketika mendengar
itu, aku tidak menyangka akan masuk peringkat tiga besar. Hal tersebut semakin
membuatku tersadar bahwa kita jangan berputus asa atau melarikan diri dari
masalah. Sebuah proses haruslah kita jalani walau sesulit apapun itu, karena
tidak ada satu pun masalah yang mudah. Tapi sesulit apapun itu pasti ada jalan
keluarnya, dan aku juga bersyukur karena Allah telah memudahkan urusanku,
Alhamdulillah.
----------------------------------
Penulis adalah salah satu siswi SMA Darul Bayan Jatinangor
0 komentar:
Posting Komentar